Lingkungan bisnis yang sangat kompetitif dan tidak
menentu dewasa ini mendorong perusahaan untuk melakukan pengukuran terhadap
kinerja perusahaan untuk perencanaan tujuan di masa depan. Perusahaan dapat
memenangkan persaingan apabila memiliki keunggulan bersaing. Keunggulan
bersaing dapat diperoleh dengan sumber daya yang handal dari sisi finansial
maupun non finansial.
Dunia bisnis merupakan kegitan yang
terus-menerus berubah dan berkembang. Perubahan atau inovasi merupakan dampak
dari adanya suatu masalah atau konflik bisnis yang mengharuskan adanya sebuah
solusi baru. Seperti perubahan dalam pengukuran kinerja perusahaan. Pada
awalnya kinerja perusahaan hanya diukur dari sisi finansial melalui ukuran
likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas, pertumbuhan, dan
kebangkrutan yang mana ukuran itu merupakan ukuran kinerja jangka pendek.
Kemudian pada tahun 1990, Kaplan dan Norton menemukan cara baru pengukuran
kinerja keuangan jangka panjang, yaitu balanced scorecard.
Kaplan dan Norton menjelaskan bahwa “balanced
scorecard sebagai sebuah sistem manajemen, artinya semua ukuran finansial
dan non finansial harus menjadi bagian dari sistem informasi bagi semua pekerja
di semua tingkat perusahaan” (Utari, dkk. 2016 : 315) yang mudah dipahami oleh
seluruh elemen dalam perusahaan. Menurut Abdul Halim, dkk, balanced
scorecard memungkinkan perusahaan memperoleh hasil kinerja finansial yang
optimal sekaligus memantau kemajuan perusahaan dalam membangun kemampuan dan
mendapatkan aktiva tak berwujud yang akan menjadi keunggulan kompetitif
perusahaan (2014 : 233). Balanced scorecard mengukur kierja perusahaan
secara komprehensif yang meliputi empat prespektif yaitu keuangan, pelanggan,
proses bisnis intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
1.
Perspektif
financial, balanced scorecard tetap menggunakan perspektif finansial,
karena ukuran finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan,
implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada
peningkatan laba perusahaan. “Pengukuran profitabilitas, misalnya operating
income, return on capital employed, atau economic value added” (Halim,
2014:240)
2.
Perspektif
pelanggan terdiri atas beberapa ukuran utama atau ukuran generik keberhasilan
perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik. Ukuran
utama tersebut terdiri atas kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akuisisi
pelanggan baru, profitabilitas pelanggan.
3.
Perspektif “proses bisnis internal ialah aktivitas mengoptimalkan penggunaan
harta perusahaan dalam menciptakan produk atau jasa dan menemukan metode kerja
baru yang efektif dan efisien” (Utari, dkk. 2016:331). Ukuran proses
bisnis internal berfokus kepada berbagai proses internal yang akan berdampak
besar kepada kepuasan pelanggan dan pencapaian tujuan finansial perusahaan.
4.
Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan adalah mengidentifikasi infrastruktur yang harus
dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja
jangka panjang.
Keunggulan balanced scorecard dalam
konsep pengukuran kinerja adalah sebagai berikut
1.
Komprehensif,
maksudnya adalah balance scorecard memperluas perspektif yang dicakup
dalam perencanaan strategik dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif
keuangan meluas pada tiga perspektif yang lain, yakni pelanggan, proses bisnis,
serta pembelajaran dan pertumbuhan.
2.
Koheren,
maksudnya adalah “balance scorecard mewajibkan
personel membangun hubungan sebab-akibat (causal relationship) di antara
berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap
sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai
hubungan kausal dengan sasaran keuangan baik secara langsung maupun tidak
langsung” (Nugrahayu dan Endang, 2015)
3.
Balance,
maksudnya adalah keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan dalam empat prespektif yang meliputi jangka pendek dan jangka
panjang.
4.
Terukur, jika sesuatu dapat diukur, kita bisa mengaturnya seperti sasaran strategis
dalam prespektif keuangan. Sebaliknya sasaran
strategis yang ada di perspektif non keuangan merupakan hal yang tidak mudah
diukur, namun dengan pendekatan balanced scorecard sasaran-sasaran strategis
non keuangan (perspektif pelanggan, proses bisnis internal, perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan) ditentukan ukurannya sehingga dapat
dikelola dan dievaluasi hasilnya serta dapat diketahui kontribusinya terhadap
kinerja perspektif keuangan.
Nugrahayu dan Endang (2015) mengatakan salah
satu aspek penting dari pengukuran kinerja perusahaan adalah sebagai dasar
untuk melakukan pengambilan keputusan dan mengevaluasi kinerja manajemen serta
unit-unit terkait di lingkungan organisasi perusahaan, sehingga memberikan
kontribusi terhadap kemajuan dan keberhasilan perusahaan dalam mencapai
sasarannya dan kemajuan masa depan. Seperti firman Allah dalam Al Qur’an surat
Al-Hasyr ayat 18 berikut ini.
يَآيُّهَاالَّذِيْنَ
آمَنُوااتَّقُوااللهَ ولْتَنْظُر نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوااللهَ
اِنَّ الله خَبِيْرٌبِمَاتَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)
Yang perlu digarisbawahi dalam ayat tersebut adalah
kalimat “memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”. Kalimat
tersebut mengisyaratkan bahwa untuk melakukan segala perencanaan prespektif
masa depan, diperlukan kajian-kajian yang bersifat kekinian. Melakukan prediksi
masa depan bukan berarti sekedar membayang atau berangan-angan semata,
melainkan harus dilakukan dengan memikirkan secara mendalam berdasar hasil
penelitian dan pengalaman masa lampau. Intinya, hubungan ayat tersebut dengan
apa yang dibahas disini adalah dalam mencapai visi dan misi perusahaan,
diperlukan penilaian kinerja sebagai dasar evaluasi dan pengambilan keputusan untuk
kemajuan dan keberhasilan perusahaan.
Balanced scorecard sangat
sesuai untuk mengetahui apa saja pencapaian-pencapaian perusahaan dan seimbang
atau tidak dalam menerapkan visi misi perusahaan. Hal tersebut dapat diketahui
dengan membuat Strategy Map (peta strategi). Peta strategi yaitu
gambaran visual dari hubungan kausal di antara komponen strategi perusahaan.
Peta strategi menempatkan prespektif pembelajaran dan pertumbuhan pada
tingkatan paling bawah dan menjadi dasar bagi pencapaian prespektif proses
bisnis internal. Prespektif proses bisnis internal selanjutnya menjadi dasar
untuk pencapaian prespektif pelanggan yang kemudian menjadi dasar pencapaian
prespektif keuangan.
Dalam membangun usaha yang unggul, seseorang harus
bisa memahami peluang-peluang bisnis yang muncul disekitarnya. Sedangkan untuk
dapat memenangkan persaingan perusahaan harus senantiasa malakukan
inovasi-inovasi yang bisa memenuhi kepuasan pelanggan. Untuk mencapai hal tersebut,
seseorang dapat mengawali bisnis dengan melakukan analisis SWOT yang berbasis balanced
scorecard sehingga diketahui apa saja ancaman, peluang, kekuatan dan kelemahan
pada perusahaan yang akan ia dirikan dalam keempat prespektif (keuangan,
pelanggan, proses bisnis serta pembelajaran dan pertumbuhan).
Terakhir yang perlu diingat dalam membangun usaha
yang unggul dan berdaya saing adalah dengan melakukan program-program sosial
yang bermanfaat dan tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak bermoral
sehingga tidak menimbulkan mafsadah. Dengan begitu usaha akan tetap bertahan
dan bereksistensi pada kondisi global saat ini atas dasar kepercayaan
masyarakat.
Daftar Pustaka :
Halim, Abdul, Bambang Supomo dan Muhammad Syam
Kusufi. 2014. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta:BPFE Yogyakarta.
Nugrahayu, Erika R, Endang Dwi Retnani. “Penerapan Metode Balanced
Scorecard Sebagai Tolok Ukur Pengukuran Kinerja Perusahaan” Volume
4, No 10 dalam https://ejournal.stiesia.ac.id/,
diakses tanggal 26 Februari 2018.
Utari, Dewi, Ari Purwanti dan Darsono
Prawironegoro. 2016. Akuntansi Manajemen Edisi 4. Jakarta : Mitra Wacana
Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar